Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi decoding otak telah membuat kemajuan yang signifikan. Para ilmuwan mereka mengembangkan alat baru untuk membaca aktivitas otak dan menerjemahkannya ke dalam teks menggunakan Artificial Intelligence (AI). Teknologi ini menawarkan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk meningkatkan komunikasi antar manusia dan untuk membantu mereka yang kehilangan kemampuan berbicara karena cedera otak atau penyakit.
Para ilmuwan telah menemukan cara untuk menerjemahkan pikiran menjadi teks menggunakan transformator kecerdasan buatan. begitulah
Penemuan decoder bahasa baru-baru ini yang dapat menerjemahkan pikiran menjadi teks menggunakan Kecerdasan Buatan (AI) telah menarik perhatian media. Berkat teknologi, para ilmuwan telah mampu menafsirkan aktivitas otak orang melalui pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) dan menerjemahkannya ke dalam teks. Kebaruan itu dipuji sebagai terobosan besar untuk membantu orang dengan gangguan bicara, seperti yang disebabkan oleh stroke atau ALS, untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Namun penemuan itu juga menimbulkan keprihatinan etis tentang privasi mental. Sementara para ilmuwan menekankan bahwa decoder memerlukan kerja sama subjek manusia untuk bekerja, mereka juga memperingatkan bahwa platform membaca otak pada akhirnya dapat memiliki aplikasi jahat, termasuk sebagai sarana pengawasan bagi pemerintah dan pengusaha.
Baca juga: IBM mengganti ribuan karyawan dengan kecerdasan buatan: apa artinya bagi masa depan pekerjaan?
Tim ilmuwan yang membuat decoder memiliki menekankan pentingnya menghormati privasi mental orang dan menerapkan kebijakan untuk melindunginya. Dekoder saat ini masih membutuhkan kerja sama subjek manusia untuk berfungsi, dan prediksi dekoder tidak akurat tanpa kerja sama mereka. Namun, perkembangan di masa mendatang memungkinkan decoder melewati persyaratan ini.
Terlepas dari masalah etika, teknologi menawarkan peluang penting untuk membantu orang dengan gangguan bicara dan untuk meningkatkan komunikasi manusia secara umum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teknologi decoding otak dapat digunakan untuk membantu orang berkomunikasi lebih cepat dan lebih akurat. Selain itu, teknologi tersebut juga dapat digunakan untuk membantu orang berinteraksi dengan mesin, seperti komputer atau perangkat seluler, secara lebih alami.
Meskipun ada semua tantangan ini, banyak ilmuwan yang optimis tentang potensi teknologi pengodean otak. Beberapa memprediksi bahwa teknologi dapat digunakan untuk membantu orang berkomunikasi secara telepati atau untuk membuat antarmuka otak-komputer yang memungkinkan orang mengendalikan mesin dengan pikiran mereka.